Selasa, 04 Februari 2020

Ternyata kuantitas tidak menentukan kualitas.

Hai moms, dari usia berapa sih sudah mengenal membaca Al-Qur'an? Kalau aku dulu, usia 5th sudah dikenalkan untuk belajar membaca Al-Qur'an dengan mengikuti TPA. Aku dulu belajar membacanya menggunakan metode "IQRO". Sampai memasuki usia sekolah pun, masih berlanjut pembelajaran di TPA. Khatamnya berkali-kali loh. Dahulu itu, yang membuatku semangat adalah berlomba-lomba dalam mengkhatamkan Al-Qur'an.

Setelah beranjak dewasa, tepatnya udah jadi ibu-ibu. Aku diajak untuk mempelajari membaca Al-Qur'an dengan menggunakan metode "Tahsin Qiroati". Karena penasaran, aku browsing mencari tau mengenai metode qiraati. Metode ini telah banyak mengantarkan para pembelajar untuk mampu membaca Al Quran secara bertajwid. Diakui bahwa tujuan utama metode Qiroati bukan semata-mata menjadikan para pebelajar bisa membaca Al Quran dengan cepat dan singkat, melainkan untuk menjadikan para pembelajar dapat membaca Al Quran secara baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Sempat terbesit dipikiran, aku merasa udh lancar ko membaca Al-Qur'an. Sudah sering pula tilawah rutin di rumah. Namun, setelah dipikir-pikir nggak ada salahnya juga aku ikutan. Niat awal hanya untuk mengisi kekosongan waktu supaya lebih bermanfaat. Awal pembelajaran, waduh ternyata ada testnya. Dipikiranku, kenapa mesti ditest? Aku merasa sudah lancar bacanya beserta tajwidnya. Ternyata hasilnya moms, aku harus mengulang dari jilid 1. Menurut murrabi, aku memang lancar bacanya bahkan dibilangnya terlalu lancar alias kecepetan. Jadi, dari pelafalan berserta panjang pendeknya pun belum konsisten. Bahkan ada beberapa yang salah dalam melafalkannya. Disinilah momen yg membuat tamparan keras untukku pribadi. Seketika langsung sedih. 

Dengan penuh semangat, aku mengulangi lagi dari awal proses belajar Al-Qur'an. Yang awalnya aku pikir jilid 1, pasti mudah. Namun, justru dijilid 1 yang sangat menentukan kalian bisa benar dalam melafalkan setiap huruf yang ada di Al-Qur'an. Dengan dibimbing oleh murrabi yang sangat lembut dan sabar, aku memulai tahapan belajar metode Tahsin Qiroati dengan santai tapi serius. Jujur, disinilah perjalanan hijrahku dimulai. Murrabi berhasil membuatku jatuh cinta untuk terus belajar Al-Qur'an dan perlahan memperbaiki diri. Dengan banyaknya sharing yg selalu beliau berikan dan juga support semangat untuk terus bangkit dan belajar. Dan itu yang membuatku sampai sekarang masih istiqamah untuk bertahan. MasyaAllah, jazakillah Khairan kasiran Bu.(nulisnya sambil berkaca-kaca)

Selama ini, aku kehilangan esensi dari membaca Al-Qur'an tersebut. Bukan hanya dilihat dari banyaknya kalian khatam Al-Qur'an, melainkan seberapa berkualitas kah kalian dalam membaca Al-Qur'an. Karena yang banyak tapi tidak berkualitas pun, kurang baik juga. Ternyata kuantitas tidak menentukan kualitas kita dalam membaca Al-Qur'an. Buat para moms, jangan malu atau malas untuk mengulang kembali proses belajar membaca Al-Qur'an. Belajar itu prosesnya seumur hidup. Dan dalam hidup yang singkat ini, alangkah baiknya kita mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Mudah-mudahan bisa jadi amalan jariyah kelak. Aamiin.


*Mbu*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar